Monday 9 February 2015

Surat Cinta - Day 11

Untukmu yang penyabar,

Ce! Apa kabar? Haha basa-basi sedikit sebagai pembuka surat ini boleh, kan?


Maafkan aku malam itu batal datang ketika kita janjian bertemu. Ingat, kan, ada sedikit masalah saat itu. Masalah yang sampai saat ini belum terselesaikan. Ahhh. Lupakan sejenak masalah. Ini surat untukmu. Sebagai bentuk pengungkapan rasa cinta yang mungkin belum cukup tersampaikan olehku untukmu.

Pertama-tama, selamat menjadi sarjana. Bulan Desember kemarin akhirnya kau telah menyelesaikan tugasmu sebagai seorang mahasiswa. Tugas yang aku dan Rara sampai detik ini belum dapat selesaikan. Sungguh, bagikan pada kami apa rahasianya? Aku kekurangan motivasi.

Kau tahu, sampai saat ini dalam kesendirianku yang tenang, aku selalu berpikir hal baik apa yang kulakukan di kehidupanku sebelumnya sehingga ada kau dan Rara dan Jusma dan semua orang berhati baik ada di kehidupanku saat ini. Tuhan sangat baik. Tak kusangka perkenalan kita ketika sekelas di semester pertama itu adalah momentum persahabatan kita hingga sekarang ini.

Pernahkah kau lelah berbuat baik padaku? Ataukah memang kau terlalu baik untuk jahat padaku? Haha entah apa melakukan kebaikan selama sisa hidupku untuk membalasmu akan cukup. Tidak banyak kawan yang kutemui yang menjadi pilihan pertamaku bercerita dan berkeluh-kesah selain padamu. Belum lagi kau selalu menjadi pendengarku yang baik. Kau pasti pernah bosan mendengarku berceloteh di depanmu. Harusnya kau menegurku saja, bukannya membiarkan telingamu dikotori celotehanku yang kadang tidak berguna untukmu. Mungkin aku akan tersinggung, tapi apalah aku ini. Hanya sisa kuah di mangkuk baksomu. Itu pun kalau kau menyisakan kuah di mangkuk baksomu.

Papa Hans dan Ibu Linda pasti bangga padamu. Akhirnya anak pertama kebanggaannya lulus. Oh iya terima kasih kau memperkenalkanku dengan kedua orang tuamu. Dengan mereka dan ceritamu tentang mereka membantuku merasakan seperti apa memiliki orang tua yang begitu perhatian dan begitu penuh dengan canda jenaka dengan anak-anaknya. Ingatkan aku, kelak jika aku memiliki anak, ingatkan aku untuk menjadi orang tua seperti orang tua yang kau miliki. Aku ingin seperti mereka. Aku ingin keluargaku sedekat, seterbuka, seakrab keluargamu.

Denganmu juga kurasakan bagaimana rasanya memiliki seorang kakak. Walaupun aku sebenarnya lebih tua darimu, tapi tak pernah kulihat aku bisa bersikap lebih dewasa darimu. Bahkan di saat terberat pun kau begitu kuat dan tegar dan dewasa menghadapinya. Apa yang kurang darimu?

Ce, di masa depan mungkin akan semakin jarang kita dapat bertemu, kita dapat berkomunikasi karena kita pasti akan menjalani kehidupan kita masing-masing, tetapi namamu akan selalu kuselipkan dalam setiap doaku. Jika di kehidupan berikutnya aku dapat memilih, kau akan menjadi tokoh yang selalu kuinginkan di setiap kehidupanku.

Kawanmu yang tak pernah bosan bercerita padamu.

0 comments:

Post a Comment

 

Template by Blogger Candy