Friday, 30 January 2015

Surat Cinta - Day 1



Untuk kau yang terdiam di dalam lemari kecilku.

Apa kabar? Sungguh setelah bertahun-tahun aku lupa akan dirimu. Untuk itu, sebelum melanjutkan, kuucapkan maaf untuk waktu yang terlupakan untuk mengenang dirimu.

Terlalu lama waktu berselang sejak terakhir kali aku ingat akan dirimu. Namun 2 tahun yang lalu ketika aku sedang berkumpul dengan teman-temanku yang kukenal sejak masa sekolah yang kuhabiskan selama 6 tahun berseragam putih dan merah -- sungguh, orang-orang harus berhenti mengatakan itu adalah seragam merah-putih --, aku dikejutkan dengan ingatan kehadiranmu di masa itu. Temanku, yang juga masih menjadi teman baikku, justru mengingat hampir setiap detil kejadian antara aku dan kau yang baginya sangat membingungkan karena betapa aku terlihat sangat bahagia ketika berinteraksi denganmu.


Jujur, ditariknya ingatanku pada kehadiranmu membuat bulu romaku berdiri. Bukan karena dinginnya mesin pendingin dari mobil salah satu temanku, tetapi karena betapa menggodanya kehadiranmu. Tak nampak, namun begitu jelas untuk sekedar disebut halusinasi.

Setelah 2 tahun itu, sekali lagi aku melupakanmu. Oh baiklah, bukan melupakan, tetapi ingin menampik kehadiranmu. Aku takut dan sensasi bulu roma yang berdiri itu membuatku tak nyaman. Tetapi lagi-lagi kau begitu keras berusaha ingin membuatku mengingatmu.

Di ruangan itu. Di suatu ruang yang tidak bersebangunan dengan rumahku, sosok yang mungkin dan aku yakin sama denganmu, menggodaku dengan menimbulkan suara seperti gesekan kuku di permukaan kayu yang kasar. Terlalu jelas untuk menyangkalnya. Lagi, bulu romaku berdiri. Sudah kukatakan aku tidak suka sensasi itu, kan? Kutekankan lagi, aku tidak suka sensasi itu.

Perlahan. Sejak 2 tahun itu, serpihan ingatanku tentang dirimu yang menemaniku di masa kecil sekali-kali muncul di satu ruang di antara begitu banyak data di dalam memoriku. Aku ingat senangnya aku ketika kita hanya duduk di belakang kelas dan bercerita. Aku ingat kau duduk di bingkai jendela kamarku sambil menatapku yg sedang duduk di tepi kolam ikan yang mengakibatkanku dilarikan ke rumah sakit karena terkena demam berdarah. Aku pun ingat setiap malam kau duduk di atas lemari kecilku sampai mataku terpejam di pekatnya malam. Dan aku ingat... dirimu yang menjauh setelah kutinggalkan kamar itu denganmu yang hanya bisa dan ingin berdiam di dalamnya. Di saat itulah titik balik kau pun semakin memudar dari ingatan kanak-kanakku. Kuakui, pindah diriku diiringi dengan beranjaknya usia dari kanak-kanak ke remaja. Belum ingin kusebut diriku ini dewasa hingga kutemukan apa arti dewasa untuk diriku.

Aku berharap kau berbahagia di sana. Aku senang kalau kau dapat melupakanku dengan bermain bersama anak yang lebih membutuhkan kehadiranmu untuk membuat masa kecilnya bahagia. Bukannya aku tidak membutuhkanmu, hanya saja dunia di umurku yang sekarang ini terlalu sibuk dengan urusan Tuhan dan dunia itu sendiri. Aku tak yakin kau bisa bersaing dengan keduanya. 

Untuk kau yang terdiam di dalam lemari kecilku, dengan kukirimnya surat ini untukmu agar aku tidak lagi melupakanmu di kemudian hari. Agar selalu ada tempat di mana aku bisa menyimpan tentangmu. Peluk cium untukmu yang tidak nampak, namun terlalu jelas untuk disebut halusinasi.


Temanmu yang lupa.

2 comments:

Bukan Blog Biasa said...

Baru mampir udah suka sama tulisannya :)

www.fikrimaulanaa.com

supernupa said...

hehehehe makasih~ ^^

Post a Comment

 

Template by Blogger Candy